Rabu, 22 Februari 2012

ANALISIS LUKISAN BERJUDUL "KUPAS"


Judul lukisan          :       Kupas

Pelukis                   :       Yudha Dwi Kurniawan

Ukuran                    :       75 cm X 90 cm 

Media                     :       cat minyak dan akrilik di  kanvas

Tahun pembuatan     :       2010

Yudha Dwi Kurniawan










 
ANALISIS LUKISAN
Oleh: Imam Nofianto

Bentuk (form)
              Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan terhadap lukisan yang berjudul “kupas” yang dibuat oleh Yudha Dwi Kurniawan salah satu mahasiswa jurusan seni rupa Universitas Negeri Semarang, untuk subjek utama berupa sosok pisang yang di dalamnya merupakan sebatang rokok digarap dengan pendekatan realistik, pisang yang digambarkan berwarna kuning dengan kulit pisang terkelupas di ujung sebelah kiri. Kemudian bagian dalam pisang pada ujung sebelah kiri merupakan sosok dari sebatang rokok yang telah menyala dimana terlihat ada sedikit bara rokok yang terlihat dan tatu rokoknya serta asap yang juga masih mengepul dari ujung batang rokok. Ditambah juga dengan bayangan yang ada pada samping bawah subjek utama mengesankan seolah-olah cahaya datang dari arah atas agak sedikit condong ke kanan.
              Lukisan ini dibuat dalam rangka pameran Play #5 yang diselenggarakan oleh Hima Seni Rupa tahun 2010. Dengan mengusung  tema “On Fire” yaitu semangat para mahasiswa seni rupa pada khususnya untuk berkarya. Pameran tersebut diadakan di ruang bundar lantai 2 gedung dekanat FBS UNNES. Karya yang dibuat oleh Yudha ini berukuran 75 cm x 90 cm, dengan ketebalan kanvas 4 cm dan tidak menggunakan pigura atau frame.
              Subjek utama berada pada bagian tengah bidang lukisan agak sedikit ke bawah. Dengan bentuk pisan melengkung dari mendatar  kanan ke kiri atas. Kulit yang terkelupas berada pada bagian kedua sisi pisang yaitu depan dan belakang dan pada bagian bawah melengkung hingga seperti menempel pada alas atau forground.
              Berbeda dengan subjek utamanya, background dikerjakan dengan menggunakan pendekatan lebih ekspresif. Dapat terlihat pada goresan- goresan dan sapuan-sapuan kuas yang sangan ekspresif dan terlihat seperti ada warna yang mengucur seperti dikucurkan atau dicipratkan oleh pelukis pada bidang kanvas sehingga nampak kesan ekspresifnya. Warna yang digunakan untuk background atau latar menggunakan warna hitam, coklat, biru, dan warna asli dari kanvas itu sendiri serta aksen warna abu-abu. Dengan menggunakan teknik tertentu warna-warna tersebut dikombinasikan sehingga ada bagian dimana warna-warna tersebut menyatu dengan warna lain dan ada juga warna yang menutup warna lain. Background atau latar dibuat ekspresif dan abstrak.
              Dalam karya lukisan yang berjudul “kupas” ini menggunaka media cat minyak dan akrilik pada kanvas. Cat minyak dan akrilik merupakan media untuk melukis dengan mengencer yang berbeda. Walaupun berbeda namun nyatanya media ini dapat dikombinasikan dalan satu bentuk karya lukis. Cat minyak yang menggunakan bahan pengencer berupa minyak dan akrilik yang biasanya menggunakan bahan pengencer berupa air dipadukan dalan kanvas sehingga menimbulkan efek khusus seperti saat minyak atau bensin bercampur dengan air, maka akan terjadi saling tolak menolak antara minyak dengan air.
              Penggarapan lukisan ini tentunya membutuhkan waktu yang cukup panjang karena media yang digunakan juga berbeda jenis. Sehingga ketika selesai memeberikan warna dengan menggunakan cat minyak harus menunggu kering terlebih dahulu jika akan menggunakan warna dari akrilik, agar warna yang menumpuk dapat tertutup dengan baik. Terutama pada penggarapan subjek utamanya. Berbeda saat penggarapan backgrounnya, karena di bagian backgroun justru malah sengaja di campurkan antara cat minyak dengan akrilik.
Tanda (Simbol)
              Simbol dalam lukisan yang berjudul “kupas” ini adalah rokok yang berada di dalam pisang yang terkelupas kulitnya serta pisan itu sendiri. Rokok merupakan sesuatu yang mengandung zat adiktif ataupun zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Rokok diibaratkan sebagai sarang penyakit. Sedangkan pisang adalah salah satu makanan yang ketika akan memakannya harus dikupas terlebih dahulu. Ketika telah dikupas ternyata di dalam pisang itu berisi rokok yang sudah barang tentu mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
              Jika dikaitkan dengan situasi pada saat pembuatan lukisan itu yaitu pada tahun 2010, pada saat itu sedang hangat-hangatnya dan masaknya berita tentang isu-isu politik di Indonesia. Mulai dari korupsi hingga kasus penyuapan dan mafia kasus atau iatilah kerennya adalah markus. Pelukis mungkin ingin memfisualisasikan dimana ketika sesuatu itu dibongkar atau istilah lain dikupas maka akan terlihat dan diketahui bahwa di dalamnya terdapat sesuatu yang sangat berbahaya, sangat merugikan, banyak kecurangan, banyak kejahatan, dan banyak korupsi tentunya.
              Hal-hal tersebut seperti korupsi, kolusi, penyuapan, mafia kasus, mafia pajak dan sebagainya diibaratkan oleh pelukis sebagai sebuah atau sebatang rokok yang di dalamnya mengandung zat-zat yang berbahaya bagi manusia. Kemudia pada saat itu juga sedang gencar-gencarnya KPK atau komisi pemberantasan korupsi menjadi sorotan media karena ketua nya sendiri malah ikut bermasalah. Lembaga yang seharusnya menjadi harapan masyarakat untuk membasmi para koruptor dan “penyakit-penyakit” lain itu justru harus bekerja kersa ketika malah harus menghadapi masalan tersebut.
              Secara umum, pelukis mungkin ingin menyoroti situasi politik saat itu yang sedang gencar-gencarnya ingin memberantas tindakan-tindakan yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu seperti korupsi, penyuapan dan lain sebagainya. Pisang yang dikupas merupakan simbol dari keinginan pelukis untuk mengupas segala bentuk kecurangan-kecurangan dan juga tindakan tindakan yang kurang terpuji yang digambarkan dengan rokok yang mengandung banyak zat-zat yang berbahaya yang hanya akan meracuni tubuh manusia.
              Kemudian warna hitam pada bagian latar belakang lukisan sebagai simbol keadaan politik yang sedang suram karena terjadi banyak terjadi praktek-praktek kejahatan serta menggambarkan suatu situasi yang mencekam, gelap, tanpa tahu arah harus dan akan kemana. Warna merah pada latar belakang lukisan menggambarkan suatu gejolak politik yang amat sangat luarbiasa, warna merah mengesankan sesuatu itu bersifat panas, berapi-api, gelisah, emosi, ribut, menantang dan bergejolak yang bercampur juga dengan warna bisa membuat semua itu menjadi sesuatu yang kontras dan semakin tidak nyaman. Warna abu-abu pada lukisan tersebut menggambarkan sebuah kepiluan, kemurungan, keterpurukan dari situasi yang terjadi, seta ada sebuah kebimbangan dan kebingungan karena tidak dapat ditebak sebenarnya mana yang benar dan mana yang salah.
Unsur-unsur visual dan prinsip estetik
              Unsur-unsur visual yang terdapat pada lukisan yang berjudul “kupas” ini diantaranya yaitu unsur garis, noktah (titik), warna, tekstur, raut, gelap terang, ruang. Unsur garis pada lukisan dapat diidentifikasi datri goresangoresan dan sapuan kuas serta hasil dari cipratan cat pada bidang kanvas, selain itu unsur garis juga dapat terbentuk dari dua warna yang berbeda intensitasnya, sehingga pada bagian tengah atau bagian pertemuan itu akan membentuk garis. Noktah atau titik pada lukisan tersebut ditimbulkan karena penggunaan teknik dalam proses melukis yaitu dengan cara mencipratkan cat pada bidang kanvas sehingga ada bagian dimana cat akan tersebar membentuk noktah-noktah yang tak beraturan dengan ukuran yang beragam.
              Dari cipratan-cipratan cat yang membentuk noktah tadi dapat menimbulkan bentuk-bentuk atau susunan-susunan yang memiliki nilai estetis tersendiri baik itu dilihat dari segi komposisi maupun jika dilihat dari ekspresifitasnya. Unsur warna yang ditampilkan pada lukisan tersebut cukup berani. Pelukis memadukan beberapa warna yang menjadikan itu sebagai kombinasi warna kontras yaitu warna kuning pada objek utama, kemudian warna merah dan biru pada latar belakang atau background lukisan. Untuk warna hitam dan abu-abu menurut saya itu merupakan warna yang netral jadi masih aman untuk digunakan. Tekstur pada lukisan tersebut terbentuk dari goresan kuas ataupun dari cipratan-cipratan cat yang dilakukan oleh pelukis atau seniman pada bidang kanvas. Tekstur halus dapat diidentifikasi pada objek utamanya yaitu pada kulit pisang yang digambarkan seniman, serta tekstur  pada ujung batang rokok yang terbakar, itu juga berbeda. Kemudia tekstur dari background lukisan itu sendiri.
              Unsur rupa raut pada lukisan terbentuk dari warna cat yang didoreskan ataupun ruang-ruang yang tidak tertutup oleh cat. Unsur gelap terang pada lukisan ini juga belum terlalu digarap dengan maksimal, karena ada beberapa bagian yang seharusnya gelap tetapi belum digarap dengan semestinya mengingat bahwa dalam pengerjaan objek utamanya dengan pendekatan realistik. Kemudian untuk mengesankan unsur ruang atau kedalaman pada lukisan tersebut belum terlalu nampak jelas, hanya saja terddapat bayangan pisang agar terkesan tiga dimensi atau realistik, namun menurut saya masih belum tergarap dengan maksimal.
              Jika dilihat dari segi estetikanya, masih ada beberapa bagian yang masih kurang. Seperti pada bagian kulit pisang yang terkelupas, pembagian kulit yang terkelupas masih terkesan kaku karena masih terkesan terlalu simetris dan juga masih kurang luwes sehingga nampak kaku. Kulit pisang pada bagian bawah yang terkelupas juga terlihat tidak wajar ketika melengkung ke atas seolah-olah mampu menopang berat dari pisanggnya. Padahal kan yang namanya kulit pisang itu lentur dan lembek, tidak memiliki kekuatan untuk menopang berat pisang yang berukuran besar seperti pada lukisan. Kecuali itu memang imajinasi dari senimannya. Tetai tetap saja itu terkesan kaku dan mengurangi nilai estetiknya. Kemudian posisi dan letak dari subjek utama juga mempengaruhi prinsip estetiknya. Subjek utama berada di tengah bidang kanvas, hal itu membuat lukisan terlihat kaku dan kurang adanya dinamika pengkomposisian subjek lukisan.
Kesan yang diperoleh
              Kesan yang saya dapatkan setelah melihat lukisan ini adalah pada saat pertama melihat, saya beranggapan mungkin ini tentang bahaya rokok yaitu tentang impotensi atau sejenisnya. Karena dilihat dari pemvisualisasian subjek utamanya berupa pisang dan juga ada batang rokoknya. Pisang identik dengan penggambaran untuk alat kelemin laki-laki. Namun setelah dikaji lebih lanjut dan dikaitkan dengan berbagai faktor ternyanya maksud dari lukisan lebih dari pada itu. Lukisan lebih menyoroti kepada masalah politik yang sedang marak terjadi saat itu. Lebih lagi jika dilihat dari judulnya yaitu “kupas”, maka akan dibayangkan bahwa ada sesuatu yang ingin diungkap.
Penilaian terhadap gagasan, teknik dan media
              Gagasan yang diambil oleh pelukis adalah tentang menyoroti situasi polotik yang sedang terjadi saat itu. Menurut saya gagasan pelukis sangat bagus sebagai suatu bentuk apresiasi ataupun bentuk sindiran dan hasil refleksi dari kejadian-kejadian yang terjadi saat itu. Gagasan tentang lukisan yang berjudul “kupas” ini merupakan salah satu bentuk harapan dari masyarakat Indonesia dalam hal ini diwakili oleh seniman/pelukisnya atas apa yang terjadi pada negara ini. Masalah-masalah politik, koupsi, penyuapan, memang sudah sepantasnya untuk diungkap dan diusut.
              Teknik dalam penggarapan lukisan ini yang digunakan oleh seniman menggunakan pendekatan realistik pada subjek utamanya, dan berbeda lagi saat penggarapan pada backgroundnya yaitu dengan lebih ekspresif  dan dengan teknik-teknik yang unik dan menarik karena menggabungkan dua media yang berbeda yaitu cat minyak dengan cat akrilik. Media yang digunakan adalah kanvas dengan ukuran 75 cm x 90 cm dengan ketebalan 4 cm.
Kesimpulan
              Dalam penggarapan lukisan ini sudah cukup baik, hanya saja perlu diperhatikan lagi prinsip estetiknya. Gagasan yang diambil juga cukup menarik dan problematis sebagai suatu bentuk sindiran ataupun suatu bentuk pengharapan. Namun untuk penyampaian tujuan kepada pengamat masih kurang jelas. Masih besar kemungkinan dengan simbol-simbol yang digunakan akan terjadi salah tafsir dari pengamat.
Saran
              Menurut saya dalam penggambaran subjek utamanya harus diperhatikan lagi komposisi dan penempatannya pada bidang kanvas agar lebih enak dilihat dan lebih estetis. Kemudian pemvisualisasian gagasan dalam bentuk subjek gambar harus diperhatikan lagi agar supaya tidak terjadi salah tafsir bagi pengamat. 

Salam Budaya...!                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar