Jumat, 24 Februari 2012

Fenomena Pola Gambar Dua Gunung pada Anak Usia TK & SD

                                                                                                                                                                                                   Oleh: Imam Nofianto
                                                                                                                                   

Faktor yang menyebabkan pola gambar (dua gunung dan matahari) sangat konvensional di Indonesia (khususnya) antara lain adalah menurut saya yang pertama ditinjau dari keadaan alam Indonesia yang sangat identik dan banyak dijumpai gunung-gunung dan juga persawahan sehingga hal tersebut secara alami akan berpengaruh terbadap pengajaran menggambar seoran guru ataupun orang tua kepada anak, kemudian dapat dilihat juga bahwa ketika orang tua atau guru pada jaman-jaman sebelumnya lebih mudah mengajari anak dalam menggambar dengan menggunakan objek-objek tersebut. Objek yang sering dilihat oleh anak dan dekat dengan kehidupan anak akan lebih mudah dan cepat untuk diajarkan dan dimengerti anak. Selain itu gambat dua gunung dengan matahari yang terlihat cukup sederhana itu sudah memiliki makna yang banyak, artinya ketika menggambar objek tersebut sudah dapat berbicara banyak, seperti kadaan pagi hari, sawah pak tani, jalan yang panjang, dsb. Selain itu menggambar objek tersebut dapat dilakukan dengan garis-garis yang sederhana yang mudah dilakukan oleh anak-anak. Di sisi lain hal ini juga menurut saya karena adanya kekurang kreativan guru dalam memilih metode atau cara dalam memeberikan pelajaran menggambar kepana anak, sehingga hal inijustru malah akan membuat anak tidak berkembang karena akan terpaku pada pola itu-itu saja.

Kemudian apakah pola gambar tersebut dapat dianggap sebagai pola gambar tradisional Indonesia?

Pola gambar dua gunung pada gambar anak-anak memang sering sekali kita jumpai, termasuk juga pada sekolah-sekolah tingkat kanak-kanak dan juga sekolah dasar. Hal tersebut memang terjadi sudah cukup lama. Mungkin dari nenek moyang kita bangsa Indonesia sudah ada pola-pola gambar seperti itu.
Pola gambar tersebut sangat jarang ditemukan di negara-negara lain selain Indonesia. Walaupun banyak negara yang memiliki kesamaan faktor alam terutama banyak gunung dan persawahan, namun hal tersebut tidak membuat gambar dua gunung ini populer di negara lain.
Menurut saya hal ini adalah suatu yang berharga sebagai ciri khas ataupun ke-khasan dari gambar anak yang ada di Indonesia. Kalaupun memang pola gambar ini tidak banyak berkembang di negara-negaran lain dan telah menjadi pola yang banyak ditemukan di Indonesia, saya rasa pola gambar ini dapat dianggap sebagai pola gambar tradisi Indonesia.






Rabu, 22 Februari 2012

 MENDOAN PURBALINGGA:
MAKANAN TRADISIONAL KHAS DAERAH
Oleh: Imam Nofianto*)

Indonesia adalah negara yang kaya akan suku bangsa dan budaya. Kebudayaan yang muncul di Indonesia sangat beragam. Budaya merupakan buah pikir yang dibuat manusia yang dijadikan acuan, pedoman dalam kehidupan sebuah masyarakat. Isi dari kebudayaan itu adalah sebuah sistem nilai, dimana sistem nilai tersebut telah dipahami dan disepakati bersama oleh masyarakat di dalamnya. Kebudayaan membuat manusia berbeda dengan makhluk yang lain dan kebudayaan menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang bermartabat.
Kebudayaan dapat bersifat relatif, karena kebudayaan selalu bergerak dan berkembang. Kebudayaan di tempat satu dengan yang lain berbeda-beda yang diyakini oleh tiap-tiap masyarakatnya. Kebudayaan adalah suatu totalitas dari proses dan hasil segala aktivitas suatu bangsa dalam bidang estetis, moral, dan ideasional yang terjadi melalui proses integrasi, baik integarasi historis maupun pengaruh jangka panjangnya. Produknya sendiri dapat berwujud barang buatan (artifact), kelembagaan sosial (socifact), dan buah pikiran (mentifact) (Sachari dan Sunarya : 2001).
Indonesia adalah negara yg terkenal dengan beragam budayanya, suatu warisan kekayaan yang patut kita lestarikan selalu. Salah satu ciri keragaman itu bisa di lihat dari beragam kuliner yg ada di negara ini, tidak heran karena kekayaan kuliner adalah bagian dari kekayaan kebudayaan bangsa Indonesia itu sendiri. Salah satu kekayaan kuliner Indonesia adalah dari makanan tradisionalnya yaitu mendoan Purbalingga yang merupakan makanan khas daerah Banyumas.

1.     MENDOAN PURBALINGGA MAKANAN TRADISIONAL KHAS DAERAH

a.    Profil Kabupaten Purbalingga
Kabupaten Purbalingga adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Purbalingga. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Pemalang di utara, Kabupaten Banjarnegara di timur dan selatan, serta Kabupaten Banyumas di barat dan selatan. Bupati Purbalingga sekarang adalah Drs. H. Heru Sudjatmoko, M.Si.


 









            Terletak pada 101° 11" BT - 109°35" BT dan 7°10" LS - 7°29 LS" terbentang pada altitude ± 40 – 1.500 meter diatas permukaan laut dengan dua musim yaitu musim Hujan antara AprilSeptember dan musim Kemarau antara OktoberMaret. Secara umum Purbalingga termasuk dalam iklim tropis dengan rata-rata curah hujan 3,739 mm – 4,789 mm per tahun. Jumlah curah hujan tertinggi berada di Kecamatan Karangmoncol, sedangkan curah hujan terendah di Kecamatan Kejobong. Suhu udara di wilayah Kabupaten Purbalingga antara 23.20° C – 32.88° C dengan rata-rata 24.49° C.  Purbalingga berada di cekungan yang diapit beberapa rangkaian pegunungan. Di sebelah utara merupakan rangkaian pegunungan (Gunung Slamet dan Dataran Tinggi Dieng). Bagian selatan merupakan Depresi Serayu, yang dialiri dua sungai besar Kali Serayu dan anak sungainya, Kali Pekacangan. Anak sungai lainnya yaitu seperti Kali Klawing, Kali Gintung, dan anak sungai lainnya. Sekitas 21 km timur laut kota Purwokerto.. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Purbalingga)
Purbalingga memiliki Klub sepakbola Persap (Persatuan Sepakbola Purbalingga) sekarang Persibangga yang pada 18 Januari tahun 2011  menjuarai Kompetisi divisi II PSSI 2010-2011. [6] Untuk fasilitas Olahraga di Purbalingga terdapat Stadion Gelora Goentoer Darjono yang mana stadion ini mampu menampung sekitar 15.000 penonton. Di Purbalingga ada banyak industri dengan bahan baku rambut manusia untuk dijadikan bulu mata palsu (eye-lash) atau juga dibuat wig atau rambut palsu serta sanggul maupun hair piece yang dipasang untuk memberikan tambahan rambut atau juga high-light secara temporer di rambut kita.[4] Keistimewaan lain adalah industri knalpot yang merupakan transformasi dari industri kuali dan panci tembaga. Knalpot Braling cukup terkenal di kalangan pemilik mobil, sebagai alternatif suku cadang murah.
Purbalingga memiliki Komunitas Film Independen yang sangat diperhitungkan di kancah Nasional. Berbagai ajang perfilman nasional berhasil diraih dan dimenangi, selain itu Komunitas ini juga menggelar ajang festival film independen secara rutin yang disebut PFF (Purbalingga Film Festival). Untuk pertama kalinya pada 6 Desember 2010 Komunitas Film Independen Purbalingga memenangi Piala Citra dalam Festival Film Indonesia untuk kategori Film Pendek.
Makanan yang paling dikenal di Purbalingga adalah mendoan, ini adalah makanan yang dibuat dari tempe kedelai. Istimewanya, pembuatan mendoan diproses mulai dari saat membuat tempenya, jadi mendoan tak bisa dibuat dari sembarang tempe. Tempe mendoan adalah tempe tipis yang dibuat melebar/meluas. Untuk membuat mendoan, tempe ini diberi tepung yang dibumbu garam, ketumbar dan daun bawang. Digoreng sebentar sehingga masih terasa lunak, bila digoreng agak lama akan menjadi tempe "muledi" yang sedikit agak liat. Lebih lama lagi sampai kering maka disebut tempe "keripik".

b.    Mendoan



Bahan dasar untuk membuat mendoan adalah tempe dari bahan kedelai yang telah difermentasikan. Sebelum kita masuk pada pembuatan mendoan alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu bagaimana proses pembuatan dari kedelai menjadi tempe hasil fermentasi yang siap diolah menjadi mendoan.
Di desa Babakan Kabupaten Purbalingga terdapat banyak tempat yang mengolah kedelai untuk dijadikan menjadi tempe, baik itu tempe mendo ataupun tempe untuk diolah menjadi keripik. Salah satunya adalah di rumah ibu Tursini Rt 14 Rw 04 Desa Babakan yang setiap harinya mengolah kedelai menjadi tempe yang dapat diolah kembali menjadi keripik ataupun mendoan.
Pertama-tama adalah menyiapkan kedelai. Biasanya setiap harinya di tempat ini mengolah kedelai sebanyak 10 kg dan akan menjadi 700 bungkus tempe siap diolah. Setelah dibersihkan kedelai direbus dengan air selama 30 menit. Setelah itu kedelai diinjak injak dengan kaki agar kulitnya terkelupas. Kemudian direndam selama satu malam. Setelah satu malam kemudian di kukus selama satu jam, setelah diangkat dan setengah dingin dicampur dengan ragi. Ragi adalah bahan yang digunakan agar terjadi proses fermentasi pada kedelai. Untuk 10 kg kedelai dapat dicampur ragi sebanyak kurang lebih 2 ons.

Perhatikan gambar berikut!


(sumber: hasil foto penulis)
 
Setelah dicampur dengan ragi kemudian kedelai dibungkus menggunakan daun pisang sesuai dengan takaran yang telah ditentukan dan biarkan selama satu malam.


 
Kedelai yang telah dibungkus dengan daun pisang
(Sumber: Hasil foto penulis)


Setelah satu malam bungkusan dapat dibuka dan tempe sudah siap untuk diolah
(Sumber: hasil foto penulis)


Tempe mendoan yang siap untuk diolah




 
a.    Cara Membuat Mendoan

Bahan:

Bahan
500 gr tempe khusus tempe menodan
200 gr tepung terigu
350 ml air
garam secukupnya
2 batang bawang daun, iris tipis
minyak untuk menggoreng

Bumbu halus
4 siung bawang putih
4 siung bawang merah
1 sdt ketumbar
1 cm kencur

Cara membuat
1. Campur tepung dengan bumbu halus, air, dan bawang daun, aduk
2. Siapkan minyak dengan api sedang
3. Celup tempe pada tepung, goreng kekuningan, sesekali dibalik
4. Angkat, tiriskan, sajikan hangat



















ANALISIS LUKISAN BERJUDUL "KUPAS"


Judul lukisan          :       Kupas

Pelukis                   :       Yudha Dwi Kurniawan

Ukuran                    :       75 cm X 90 cm 

Media                     :       cat minyak dan akrilik di  kanvas

Tahun pembuatan     :       2010

Yudha Dwi Kurniawan










 
ANALISIS LUKISAN
Oleh: Imam Nofianto

Bentuk (form)
              Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan terhadap lukisan yang berjudul “kupas” yang dibuat oleh Yudha Dwi Kurniawan salah satu mahasiswa jurusan seni rupa Universitas Negeri Semarang, untuk subjek utama berupa sosok pisang yang di dalamnya merupakan sebatang rokok digarap dengan pendekatan realistik, pisang yang digambarkan berwarna kuning dengan kulit pisang terkelupas di ujung sebelah kiri. Kemudian bagian dalam pisang pada ujung sebelah kiri merupakan sosok dari sebatang rokok yang telah menyala dimana terlihat ada sedikit bara rokok yang terlihat dan tatu rokoknya serta asap yang juga masih mengepul dari ujung batang rokok. Ditambah juga dengan bayangan yang ada pada samping bawah subjek utama mengesankan seolah-olah cahaya datang dari arah atas agak sedikit condong ke kanan.
              Lukisan ini dibuat dalam rangka pameran Play #5 yang diselenggarakan oleh Hima Seni Rupa tahun 2010. Dengan mengusung  tema “On Fire” yaitu semangat para mahasiswa seni rupa pada khususnya untuk berkarya. Pameran tersebut diadakan di ruang bundar lantai 2 gedung dekanat FBS UNNES. Karya yang dibuat oleh Yudha ini berukuran 75 cm x 90 cm, dengan ketebalan kanvas 4 cm dan tidak menggunakan pigura atau frame.
              Subjek utama berada pada bagian tengah bidang lukisan agak sedikit ke bawah. Dengan bentuk pisan melengkung dari mendatar  kanan ke kiri atas. Kulit yang terkelupas berada pada bagian kedua sisi pisang yaitu depan dan belakang dan pada bagian bawah melengkung hingga seperti menempel pada alas atau forground.
              Berbeda dengan subjek utamanya, background dikerjakan dengan menggunakan pendekatan lebih ekspresif. Dapat terlihat pada goresan- goresan dan sapuan-sapuan kuas yang sangan ekspresif dan terlihat seperti ada warna yang mengucur seperti dikucurkan atau dicipratkan oleh pelukis pada bidang kanvas sehingga nampak kesan ekspresifnya. Warna yang digunakan untuk background atau latar menggunakan warna hitam, coklat, biru, dan warna asli dari kanvas itu sendiri serta aksen warna abu-abu. Dengan menggunakan teknik tertentu warna-warna tersebut dikombinasikan sehingga ada bagian dimana warna-warna tersebut menyatu dengan warna lain dan ada juga warna yang menutup warna lain. Background atau latar dibuat ekspresif dan abstrak.
              Dalam karya lukisan yang berjudul “kupas” ini menggunaka media cat minyak dan akrilik pada kanvas. Cat minyak dan akrilik merupakan media untuk melukis dengan mengencer yang berbeda. Walaupun berbeda namun nyatanya media ini dapat dikombinasikan dalan satu bentuk karya lukis. Cat minyak yang menggunakan bahan pengencer berupa minyak dan akrilik yang biasanya menggunakan bahan pengencer berupa air dipadukan dalan kanvas sehingga menimbulkan efek khusus seperti saat minyak atau bensin bercampur dengan air, maka akan terjadi saling tolak menolak antara minyak dengan air.
              Penggarapan lukisan ini tentunya membutuhkan waktu yang cukup panjang karena media yang digunakan juga berbeda jenis. Sehingga ketika selesai memeberikan warna dengan menggunakan cat minyak harus menunggu kering terlebih dahulu jika akan menggunakan warna dari akrilik, agar warna yang menumpuk dapat tertutup dengan baik. Terutama pada penggarapan subjek utamanya. Berbeda saat penggarapan backgrounnya, karena di bagian backgroun justru malah sengaja di campurkan antara cat minyak dengan akrilik.
Tanda (Simbol)
              Simbol dalam lukisan yang berjudul “kupas” ini adalah rokok yang berada di dalam pisang yang terkelupas kulitnya serta pisan itu sendiri. Rokok merupakan sesuatu yang mengandung zat adiktif ataupun zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Rokok diibaratkan sebagai sarang penyakit. Sedangkan pisang adalah salah satu makanan yang ketika akan memakannya harus dikupas terlebih dahulu. Ketika telah dikupas ternyata di dalam pisang itu berisi rokok yang sudah barang tentu mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
              Jika dikaitkan dengan situasi pada saat pembuatan lukisan itu yaitu pada tahun 2010, pada saat itu sedang hangat-hangatnya dan masaknya berita tentang isu-isu politik di Indonesia. Mulai dari korupsi hingga kasus penyuapan dan mafia kasus atau iatilah kerennya adalah markus. Pelukis mungkin ingin memfisualisasikan dimana ketika sesuatu itu dibongkar atau istilah lain dikupas maka akan terlihat dan diketahui bahwa di dalamnya terdapat sesuatu yang sangat berbahaya, sangat merugikan, banyak kecurangan, banyak kejahatan, dan banyak korupsi tentunya.
              Hal-hal tersebut seperti korupsi, kolusi, penyuapan, mafia kasus, mafia pajak dan sebagainya diibaratkan oleh pelukis sebagai sebuah atau sebatang rokok yang di dalamnya mengandung zat-zat yang berbahaya bagi manusia. Kemudia pada saat itu juga sedang gencar-gencarnya KPK atau komisi pemberantasan korupsi menjadi sorotan media karena ketua nya sendiri malah ikut bermasalah. Lembaga yang seharusnya menjadi harapan masyarakat untuk membasmi para koruptor dan “penyakit-penyakit” lain itu justru harus bekerja kersa ketika malah harus menghadapi masalan tersebut.
              Secara umum, pelukis mungkin ingin menyoroti situasi politik saat itu yang sedang gencar-gencarnya ingin memberantas tindakan-tindakan yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu seperti korupsi, penyuapan dan lain sebagainya. Pisang yang dikupas merupakan simbol dari keinginan pelukis untuk mengupas segala bentuk kecurangan-kecurangan dan juga tindakan tindakan yang kurang terpuji yang digambarkan dengan rokok yang mengandung banyak zat-zat yang berbahaya yang hanya akan meracuni tubuh manusia.
              Kemudian warna hitam pada bagian latar belakang lukisan sebagai simbol keadaan politik yang sedang suram karena terjadi banyak terjadi praktek-praktek kejahatan serta menggambarkan suatu situasi yang mencekam, gelap, tanpa tahu arah harus dan akan kemana. Warna merah pada latar belakang lukisan menggambarkan suatu gejolak politik yang amat sangat luarbiasa, warna merah mengesankan sesuatu itu bersifat panas, berapi-api, gelisah, emosi, ribut, menantang dan bergejolak yang bercampur juga dengan warna bisa membuat semua itu menjadi sesuatu yang kontras dan semakin tidak nyaman. Warna abu-abu pada lukisan tersebut menggambarkan sebuah kepiluan, kemurungan, keterpurukan dari situasi yang terjadi, seta ada sebuah kebimbangan dan kebingungan karena tidak dapat ditebak sebenarnya mana yang benar dan mana yang salah.
Unsur-unsur visual dan prinsip estetik
              Unsur-unsur visual yang terdapat pada lukisan yang berjudul “kupas” ini diantaranya yaitu unsur garis, noktah (titik), warna, tekstur, raut, gelap terang, ruang. Unsur garis pada lukisan dapat diidentifikasi datri goresangoresan dan sapuan kuas serta hasil dari cipratan cat pada bidang kanvas, selain itu unsur garis juga dapat terbentuk dari dua warna yang berbeda intensitasnya, sehingga pada bagian tengah atau bagian pertemuan itu akan membentuk garis. Noktah atau titik pada lukisan tersebut ditimbulkan karena penggunaan teknik dalam proses melukis yaitu dengan cara mencipratkan cat pada bidang kanvas sehingga ada bagian dimana cat akan tersebar membentuk noktah-noktah yang tak beraturan dengan ukuran yang beragam.
              Dari cipratan-cipratan cat yang membentuk noktah tadi dapat menimbulkan bentuk-bentuk atau susunan-susunan yang memiliki nilai estetis tersendiri baik itu dilihat dari segi komposisi maupun jika dilihat dari ekspresifitasnya. Unsur warna yang ditampilkan pada lukisan tersebut cukup berani. Pelukis memadukan beberapa warna yang menjadikan itu sebagai kombinasi warna kontras yaitu warna kuning pada objek utama, kemudian warna merah dan biru pada latar belakang atau background lukisan. Untuk warna hitam dan abu-abu menurut saya itu merupakan warna yang netral jadi masih aman untuk digunakan. Tekstur pada lukisan tersebut terbentuk dari goresan kuas ataupun dari cipratan-cipratan cat yang dilakukan oleh pelukis atau seniman pada bidang kanvas. Tekstur halus dapat diidentifikasi pada objek utamanya yaitu pada kulit pisang yang digambarkan seniman, serta tekstur  pada ujung batang rokok yang terbakar, itu juga berbeda. Kemudia tekstur dari background lukisan itu sendiri.
              Unsur rupa raut pada lukisan terbentuk dari warna cat yang didoreskan ataupun ruang-ruang yang tidak tertutup oleh cat. Unsur gelap terang pada lukisan ini juga belum terlalu digarap dengan maksimal, karena ada beberapa bagian yang seharusnya gelap tetapi belum digarap dengan semestinya mengingat bahwa dalam pengerjaan objek utamanya dengan pendekatan realistik. Kemudian untuk mengesankan unsur ruang atau kedalaman pada lukisan tersebut belum terlalu nampak jelas, hanya saja terddapat bayangan pisang agar terkesan tiga dimensi atau realistik, namun menurut saya masih belum tergarap dengan maksimal.
              Jika dilihat dari segi estetikanya, masih ada beberapa bagian yang masih kurang. Seperti pada bagian kulit pisang yang terkelupas, pembagian kulit yang terkelupas masih terkesan kaku karena masih terkesan terlalu simetris dan juga masih kurang luwes sehingga nampak kaku. Kulit pisang pada bagian bawah yang terkelupas juga terlihat tidak wajar ketika melengkung ke atas seolah-olah mampu menopang berat dari pisanggnya. Padahal kan yang namanya kulit pisang itu lentur dan lembek, tidak memiliki kekuatan untuk menopang berat pisang yang berukuran besar seperti pada lukisan. Kecuali itu memang imajinasi dari senimannya. Tetai tetap saja itu terkesan kaku dan mengurangi nilai estetiknya. Kemudian posisi dan letak dari subjek utama juga mempengaruhi prinsip estetiknya. Subjek utama berada di tengah bidang kanvas, hal itu membuat lukisan terlihat kaku dan kurang adanya dinamika pengkomposisian subjek lukisan.
Kesan yang diperoleh
              Kesan yang saya dapatkan setelah melihat lukisan ini adalah pada saat pertama melihat, saya beranggapan mungkin ini tentang bahaya rokok yaitu tentang impotensi atau sejenisnya. Karena dilihat dari pemvisualisasian subjek utamanya berupa pisang dan juga ada batang rokoknya. Pisang identik dengan penggambaran untuk alat kelemin laki-laki. Namun setelah dikaji lebih lanjut dan dikaitkan dengan berbagai faktor ternyanya maksud dari lukisan lebih dari pada itu. Lukisan lebih menyoroti kepada masalah politik yang sedang marak terjadi saat itu. Lebih lagi jika dilihat dari judulnya yaitu “kupas”, maka akan dibayangkan bahwa ada sesuatu yang ingin diungkap.
Penilaian terhadap gagasan, teknik dan media
              Gagasan yang diambil oleh pelukis adalah tentang menyoroti situasi polotik yang sedang terjadi saat itu. Menurut saya gagasan pelukis sangat bagus sebagai suatu bentuk apresiasi ataupun bentuk sindiran dan hasil refleksi dari kejadian-kejadian yang terjadi saat itu. Gagasan tentang lukisan yang berjudul “kupas” ini merupakan salah satu bentuk harapan dari masyarakat Indonesia dalam hal ini diwakili oleh seniman/pelukisnya atas apa yang terjadi pada negara ini. Masalah-masalah politik, koupsi, penyuapan, memang sudah sepantasnya untuk diungkap dan diusut.
              Teknik dalam penggarapan lukisan ini yang digunakan oleh seniman menggunakan pendekatan realistik pada subjek utamanya, dan berbeda lagi saat penggarapan pada backgroundnya yaitu dengan lebih ekspresif  dan dengan teknik-teknik yang unik dan menarik karena menggabungkan dua media yang berbeda yaitu cat minyak dengan cat akrilik. Media yang digunakan adalah kanvas dengan ukuran 75 cm x 90 cm dengan ketebalan 4 cm.
Kesimpulan
              Dalam penggarapan lukisan ini sudah cukup baik, hanya saja perlu diperhatikan lagi prinsip estetiknya. Gagasan yang diambil juga cukup menarik dan problematis sebagai suatu bentuk sindiran ataupun suatu bentuk pengharapan. Namun untuk penyampaian tujuan kepada pengamat masih kurang jelas. Masih besar kemungkinan dengan simbol-simbol yang digunakan akan terjadi salah tafsir dari pengamat.
Saran
              Menurut saya dalam penggambaran subjek utamanya harus diperhatikan lagi komposisi dan penempatannya pada bidang kanvas agar lebih enak dilihat dan lebih estetis. Kemudian pemvisualisasian gagasan dalam bentuk subjek gambar harus diperhatikan lagi agar supaya tidak terjadi salah tafsir bagi pengamat. 

Salam Budaya...!                    

Jumat, 17 Februari 2012

Mengisi Waktu Luang

nglukis (oil on canvas)



 *  Carilah 7 perbedaan   pada dua foto ini..!

ha..ha..ha..ha....
nglukis (oil on canvas)










Mungkin juga ini bisa buat menginspirasi kamu dalam mengisi waktu luang. Kalau kamu mungkin sedang merasa bingung mau ngapain disaat waktu luangmu. Kamu bisa coba melakukan aktivitas seperti yang ada di atas.... NGLUKIS COY..!!!

 



.G..O.....to the next project..#


Minggu, 12 Februari 2012

Original.Oriental

ini ne...karya seni dari anak unnes. aku nyebutnya c karya seni... terserah kamu mau nyebutnya apa..hee
busana ini dirangcang sm yg namanya Arfina Yosie Puspaningrum.. dia dari jurusan fashion design universitas negeri semarang, asli dari Demak. Ceritanya neh rancangan busana yang bertemakan oriental ini ikut d event kompetisi desain busana dalam rangka memperingati hari raya imlek yang dilaksanakan di  mall Sri Ratu, Semarang pada hari jumat 20 Januari 2012. kalo dilihat c ini adalah rancangan busana pengantin. keren ya.... apa lagi kalo udah liat gambar naga yang ada di bagian blakang busana ini... wuiich... pasti bakalan terpesona..hehe... ga ko sbenernya c byasa aja, tergantung persepsi yg siat c.. yang sebenernya tu gambar naga yang di belakang aku yang buat. hihi... mbak.Yosie yang wktu tu minta tolong, untk d buatin gambar naga di blakang gaun rancangannya ini.. harapannya c,, gambar naganya bisa membantu saat kompetisi. hehe.....   dan akhirnyaa... sangat luarbiasa desain busana ini masuk 10 besar desain busana terbaik... walaupun belum berhasil menjadi juara..tp rancangan busana ini cukup menyita perhatian para penonton di area lomba, tidak terkecuali para juri yang hadir saat itu... sukses trs bwt Yosie dan kawan-kawan... terus berkarya...

Lomba Desain Busana di Sri Ratu, Semarang




ORIENTAL FASHION DESIGN
Semarang. 20. Januari. 2012.



Sabtu, 11 Februari 2012

ArtWork

Berkuda (Media: Pensil Warna)   

Kerapuhan, (oil on canvas, 50X50 cm)

Pagelaran Wayang (Media: cat poster)

santu nusa..satu bangsa..satu bahasa..
pergi tuk kembali terbenam tuk terbit
tak terlihat bukan berarti tak ada
diam bukan berarti bisu..
inginkan untuk harapan..

Kamis, 09 Februari 2012

INSOMNIA ATTACK






Ketika mata sudah tak sanggup lagi untuk terpejamkan. Hanya angan yang terus mencoba berusaha sekuat tenaga. Walaupun tak sejalan dengan apa yang di rasa. Namun diri ini tetap saja tak berdaya. Hingga pagi pun menjelang. Tak terasa membawaku ke alam nyata yang penuh fana.Kekecewaan memuncak pada tingkatnya yang kian menjadiakan semua ini kelabu tak berduri tajam. Kau telah membuatku tak berdaya, tak berasa, tak berupa, tak bersadar dan tak berbuat.