Judul
lukisan : Kupas
Pelukis : Yudha Dwi Kurniawan
Ukuran : 75 cm X 90 cm
Media : cat minyak dan akrilik di kanvas
Tahun
pembuatan : 2010
Yudha Dwi Kurniawan |
ANALISIS
LUKISAN
Oleh: Imam Nofianto
Bentuk (form)
Berdasarkan
pengamatan yang saya lakukan terhadap lukisan yang berjudul “kupas” yang dibuat
oleh Yudha Dwi Kurniawan salah satu mahasiswa jurusan seni rupa Universitas
Negeri Semarang, untuk subjek utama berupa sosok pisang yang di dalamnya
merupakan sebatang rokok digarap dengan pendekatan realistik, pisang yang
digambarkan berwarna kuning dengan kulit pisang terkelupas di ujung sebelah
kiri. Kemudian bagian dalam pisang pada ujung sebelah kiri merupakan sosok dari
sebatang rokok yang telah menyala dimana terlihat ada sedikit bara rokok yang
terlihat dan tatu rokoknya serta asap yang juga masih mengepul dari ujung
batang rokok. Ditambah juga dengan bayangan yang ada pada samping bawah subjek
utama mengesankan seolah-olah cahaya datang dari arah atas agak sedikit condong
ke kanan.
Lukisan
ini dibuat dalam rangka pameran Play #5 yang
diselenggarakan oleh Hima Seni Rupa tahun 2010. Dengan mengusung tema “On
Fire” yaitu semangat para mahasiswa seni rupa pada khususnya untuk
berkarya. Pameran tersebut diadakan di ruang bundar lantai 2 gedung dekanat FBS
UNNES. Karya yang dibuat oleh Yudha ini berukuran 75 cm x 90 cm, dengan
ketebalan kanvas 4 cm dan tidak menggunakan pigura atau frame.
Subjek
utama berada pada bagian tengah bidang lukisan agak sedikit ke bawah. Dengan
bentuk pisan melengkung dari mendatar
kanan ke kiri atas. Kulit yang terkelupas berada pada bagian kedua sisi
pisang yaitu depan dan belakang dan pada bagian bawah melengkung hingga seperti
menempel pada alas atau forground.
Berbeda
dengan subjek utamanya, background dikerjakan dengan menggunakan pendekatan
lebih ekspresif. Dapat terlihat pada goresan- goresan dan sapuan-sapuan kuas
yang sangan ekspresif dan terlihat seperti ada warna yang mengucur seperti
dikucurkan atau dicipratkan oleh pelukis pada bidang kanvas sehingga nampak
kesan ekspresifnya. Warna yang digunakan untuk background atau latar
menggunakan warna hitam, coklat, biru, dan warna asli dari kanvas itu sendiri
serta aksen warna abu-abu. Dengan menggunakan teknik tertentu warna-warna
tersebut dikombinasikan sehingga ada bagian dimana warna-warna tersebut menyatu
dengan warna lain dan ada juga warna yang menutup warna lain. Background atau
latar dibuat ekspresif dan abstrak.
Dalam
karya lukisan yang berjudul “kupas” ini menggunaka media cat minyak dan akrilik
pada kanvas. Cat minyak dan akrilik merupakan media untuk melukis dengan
mengencer yang berbeda. Walaupun berbeda namun nyatanya media ini dapat
dikombinasikan dalan satu bentuk karya lukis. Cat minyak yang menggunakan bahan
pengencer berupa minyak dan akrilik yang biasanya menggunakan bahan pengencer
berupa air dipadukan dalan kanvas sehingga menimbulkan efek khusus seperti saat
minyak atau bensin bercampur dengan air, maka akan terjadi saling tolak menolak
antara minyak dengan air.
Penggarapan
lukisan ini tentunya membutuhkan waktu yang cukup panjang karena media yang
digunakan juga berbeda jenis. Sehingga ketika selesai memeberikan warna dengan
menggunakan cat minyak harus menunggu kering terlebih dahulu jika akan
menggunakan warna dari akrilik, agar warna yang menumpuk dapat tertutup dengan
baik. Terutama pada penggarapan subjek utamanya. Berbeda saat penggarapan
backgrounnya, karena di bagian backgroun justru malah sengaja di campurkan
antara cat minyak dengan akrilik.
Tanda
(Simbol)
Simbol
dalam lukisan yang berjudul “kupas” ini adalah rokok yang berada di dalam
pisang yang terkelupas kulitnya serta pisan itu sendiri. Rokok merupakan
sesuatu yang mengandung zat adiktif ataupun zat yang berbahaya bagi kesehatan
manusia. Rokok diibaratkan sebagai sarang penyakit. Sedangkan pisang adalah
salah satu makanan yang ketika akan memakannya harus dikupas terlebih dahulu.
Ketika telah dikupas ternyata di dalam pisang itu berisi rokok yang sudah
barang tentu mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Jika
dikaitkan dengan situasi pada saat pembuatan lukisan itu yaitu pada tahun 2010,
pada saat itu sedang hangat-hangatnya dan masaknya berita tentang isu-isu
politik di Indonesia. Mulai dari korupsi hingga kasus penyuapan dan mafia kasus
atau iatilah kerennya adalah markus. Pelukis mungkin ingin memfisualisasikan
dimana ketika sesuatu itu dibongkar atau istilah lain dikupas maka akan
terlihat dan diketahui bahwa di dalamnya terdapat sesuatu yang sangat
berbahaya, sangat merugikan, banyak kecurangan, banyak kejahatan, dan banyak
korupsi tentunya.
Hal-hal
tersebut seperti korupsi, kolusi, penyuapan, mafia kasus, mafia pajak dan
sebagainya diibaratkan oleh pelukis sebagai sebuah atau sebatang rokok yang di
dalamnya mengandung zat-zat yang berbahaya bagi manusia. Kemudia pada saat itu
juga sedang gencar-gencarnya KPK atau komisi pemberantasan korupsi menjadi sorotan
media karena ketua nya sendiri malah ikut bermasalah. Lembaga yang seharusnya
menjadi harapan masyarakat untuk membasmi para koruptor dan “penyakit-penyakit”
lain itu justru harus bekerja kersa ketika malah harus menghadapi masalan
tersebut.
Secara
umum, pelukis mungkin ingin menyoroti situasi politik saat itu yang sedang
gencar-gencarnya ingin memberantas tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
oknum-oknum tertentu seperti korupsi, penyuapan dan lain sebagainya. Pisang
yang dikupas merupakan simbol dari keinginan pelukis untuk mengupas segala
bentuk kecurangan-kecurangan dan juga tindakan tindakan yang kurang terpuji
yang digambarkan dengan rokok yang mengandung banyak zat-zat yang berbahaya
yang hanya akan meracuni tubuh manusia.
Kemudian
warna hitam pada bagian latar belakang lukisan sebagai simbol keadaan politik
yang sedang suram karena terjadi banyak terjadi praktek-praktek kejahatan serta
menggambarkan suatu situasi yang mencekam, gelap, tanpa tahu arah harus dan
akan kemana. Warna merah pada latar belakang lukisan menggambarkan suatu
gejolak politik yang amat sangat luarbiasa, warna merah mengesankan sesuatu itu
bersifat panas, berapi-api, gelisah, emosi, ribut, menantang dan bergejolak
yang bercampur juga dengan warna bisa membuat semua itu menjadi sesuatu yang
kontras dan semakin tidak nyaman. Warna abu-abu pada lukisan tersebut
menggambarkan sebuah kepiluan, kemurungan, keterpurukan dari situasi yang
terjadi, seta ada sebuah kebimbangan dan kebingungan karena tidak dapat ditebak
sebenarnya mana yang benar dan mana yang salah.
Unsur-unsur
visual dan prinsip estetik
Unsur-unsur
visual yang terdapat pada lukisan yang berjudul “kupas” ini diantaranya yaitu
unsur garis, noktah (titik), warna, tekstur, raut, gelap terang, ruang. Unsur
garis pada lukisan dapat diidentifikasi datri goresangoresan dan sapuan kuas
serta hasil dari cipratan cat pada bidang kanvas, selain itu unsur garis juga
dapat terbentuk dari dua warna yang berbeda intensitasnya, sehingga pada bagian
tengah atau bagian pertemuan itu akan membentuk garis. Noktah atau titik pada
lukisan tersebut ditimbulkan karena penggunaan teknik dalam proses melukis
yaitu dengan cara mencipratkan cat pada bidang kanvas sehingga ada bagian
dimana cat akan tersebar membentuk noktah-noktah yang tak beraturan dengan
ukuran yang beragam.
Dari
cipratan-cipratan cat yang membentuk noktah tadi dapat menimbulkan
bentuk-bentuk atau susunan-susunan yang memiliki nilai estetis tersendiri baik
itu dilihat dari segi komposisi maupun jika dilihat dari ekspresifitasnya.
Unsur warna yang ditampilkan pada lukisan tersebut cukup berani. Pelukis
memadukan beberapa warna yang menjadikan itu sebagai kombinasi warna kontras
yaitu warna kuning pada objek utama, kemudian warna merah dan biru pada latar
belakang atau background lukisan. Untuk warna hitam dan abu-abu menurut saya
itu merupakan warna yang netral jadi masih aman untuk digunakan. Tekstur pada
lukisan tersebut terbentuk dari goresan kuas ataupun dari cipratan-cipratan cat
yang dilakukan oleh pelukis atau seniman pada bidang kanvas. Tekstur halus
dapat diidentifikasi pada objek utamanya yaitu pada kulit pisang yang
digambarkan seniman, serta tekstur pada
ujung batang rokok yang terbakar, itu juga berbeda. Kemudia tekstur dari background
lukisan itu sendiri.
Unsur
rupa raut pada lukisan terbentuk dari warna cat yang didoreskan ataupun
ruang-ruang yang tidak tertutup oleh cat. Unsur gelap terang pada lukisan ini
juga belum terlalu digarap dengan maksimal, karena ada beberapa bagian yang
seharusnya gelap tetapi belum digarap dengan semestinya mengingat bahwa dalam
pengerjaan objek utamanya dengan pendekatan realistik. Kemudian untuk
mengesankan unsur ruang atau kedalaman pada lukisan tersebut belum terlalu
nampak jelas, hanya saja terddapat bayangan pisang agar terkesan tiga dimensi
atau realistik, namun menurut saya masih belum tergarap dengan maksimal.
Jika
dilihat dari segi estetikanya, masih ada beberapa bagian yang masih kurang.
Seperti pada bagian kulit pisang yang terkelupas, pembagian kulit yang
terkelupas masih terkesan kaku karena masih terkesan terlalu simetris dan juga
masih kurang luwes sehingga nampak kaku. Kulit pisang pada bagian bawah yang
terkelupas juga terlihat tidak wajar ketika melengkung ke atas seolah-olah
mampu menopang berat dari pisanggnya. Padahal kan yang namanya kulit pisang itu
lentur dan lembek, tidak memiliki kekuatan untuk menopang berat pisang yang
berukuran besar seperti pada lukisan. Kecuali itu memang imajinasi dari
senimannya. Tetai tetap saja itu terkesan kaku dan mengurangi nilai estetiknya.
Kemudian posisi dan letak dari subjek utama juga mempengaruhi prinsip
estetiknya. Subjek utama berada di tengah bidang kanvas, hal itu membuat
lukisan terlihat kaku dan kurang adanya dinamika pengkomposisian subjek
lukisan.
Kesan
yang diperoleh
Kesan
yang saya dapatkan setelah melihat lukisan ini adalah pada saat pertama
melihat, saya beranggapan mungkin ini tentang bahaya rokok yaitu tentang
impotensi atau sejenisnya. Karena dilihat dari pemvisualisasian subjek utamanya
berupa pisang dan juga ada batang rokoknya. Pisang identik dengan penggambaran
untuk alat kelemin laki-laki. Namun setelah dikaji lebih lanjut dan dikaitkan
dengan berbagai faktor ternyanya maksud dari lukisan lebih dari pada itu.
Lukisan lebih menyoroti kepada masalah politik yang sedang marak terjadi saat
itu. Lebih lagi jika dilihat dari judulnya yaitu “kupas”, maka akan dibayangkan
bahwa ada sesuatu yang ingin diungkap.
Penilaian
terhadap gagasan, teknik dan media
Gagasan
yang diambil oleh pelukis adalah tentang menyoroti situasi polotik yang sedang
terjadi saat itu. Menurut saya gagasan pelukis sangat bagus sebagai suatu
bentuk apresiasi ataupun bentuk sindiran dan hasil refleksi dari
kejadian-kejadian yang terjadi saat itu. Gagasan tentang lukisan yang berjudul
“kupas” ini merupakan salah satu bentuk harapan dari masyarakat Indonesia dalam
hal ini diwakili oleh seniman/pelukisnya atas apa yang terjadi pada negara ini.
Masalah-masalah politik, koupsi, penyuapan, memang sudah sepantasnya untuk
diungkap dan diusut.
Teknik
dalam penggarapan lukisan ini yang digunakan oleh seniman menggunakan
pendekatan realistik pada subjek utamanya, dan berbeda lagi saat penggarapan
pada backgroundnya yaitu dengan lebih ekspresif
dan dengan teknik-teknik yang unik dan menarik karena menggabungkan dua
media yang berbeda yaitu cat minyak dengan cat akrilik. Media yang digunakan
adalah kanvas dengan ukuran 75 cm x 90 cm dengan ketebalan 4 cm.
Kesimpulan
Dalam
penggarapan lukisan ini sudah cukup baik, hanya saja perlu diperhatikan lagi
prinsip estetiknya. Gagasan yang diambil juga cukup menarik dan problematis
sebagai suatu bentuk sindiran ataupun suatu bentuk pengharapan. Namun untuk
penyampaian tujuan kepada pengamat masih kurang jelas. Masih besar kemungkinan
dengan simbol-simbol yang digunakan akan terjadi salah tafsir dari pengamat.
Saran
Menurut
saya dalam penggambaran subjek utamanya harus diperhatikan lagi komposisi dan
penempatannya pada bidang kanvas agar lebih enak dilihat dan lebih estetis.
Kemudian pemvisualisasian gagasan dalam bentuk subjek gambar harus diperhatikan
lagi agar supaya tidak terjadi salah tafsir bagi pengamat.
Salam Budaya...!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar