Rabu, 16 Mei 2012

Analisis Lukisan "Dalang Cilik".



Judul lukisan               :       Dalang Cilik

Pelukis                         :       Imam Nofianto

Ukuran                         :       125cm X 85cm

Media                          :       cat minyak di kanvas

Tahun pembuatan       :       2010









Analisis Lukisan Oleh:
Dandung Gumilar


Bentuk (form)
            Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan terhadap lukisan yang dibuat oleh Imam Nofianto, dapat saya uraikan bahwa form atau bentuknya adalah dengan pendekatan realistik yaitu dengan mempertimbangkan proporsi, perspektif, anatomi, gelap terang serta pemililihan warna untuk menunjukkan kesan realistik. Lukisan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas ujian Lukis 2 sehingga penggarapannya membutuhkan konsep yang matang serta membutuhkan persiapan yang cermat. Karya lukisan ini tidak dibuat dengan spontan ekspresif, membutuhkan waktu yang lumayan lama dalam penyelesaiannya dan menggunakan pendekatan realistik dalam penggarapannya.
            Karya lukisan menggunakan media lukis yaitu cat minyak di kanvas, cat minyak mempunyai keplakatan tersendiri  dalam hasil karyanya sehingga mempunyai nilai “ taste” yang lebih. Cat minyak yang digunakan dalam lukisan ini yaitu menggunakan “cat minyak  Marries”, dimana hasil dari penggunaan cat ini tidak cerah dalam hasil karya lukisannya, mungkin disamping  karena catnya mungkin juga campuran minyaknya yang tidak bagus sehingga hasilnya boleh dikatakan kusam. Lukisan ini tidak dibingkai, walaupun tidak dibingkai lukisan ini tetap mempunyai nilai estetik apabila dipajang di dinding karena frame kanvasnya tebal.
            Penggunaan warna pada lukisan ini, dalang cilik menggunakan baju  beskap berwarna biru, pemilihan warna sudah tepat menjadi harmonis dengam aksen-aksen warna kuning yang ada di lukisan tersebut. Warna wayang yang dimainkan oleh dalang cilik dominan  adalah warna kuning sesuai dengan warna karakter wayang kulit pada umumnya serta menunjukkan kontras pada lukisan ini. Warna coklat mendominasi pada warna blangkon dan kulit. Layar dalam pagelaran wayang diberi warna putih kecoklatan  dan wayang-wayang yang tidak dipakai diberi warna dominan hitam karena kurang adanya cahaya. Dalam pagelaran wayang cahaya / lampu fokus kepada layarnya karena adegan wayang kulit terjadi disitu. Background warna disebelah kiri dominan warna kuning kehitaman, menunjukkan adanya nuansa warna dari yang terang ke gelap.
            Dalam lukisan ini divisualisasikan adanya dalang cilik yang sedang melakukan atraksi pagelaran wayang kulit, kemahiran dalang cilik dalam memainkan wayang kulit terlukis dalam lukisan ini.
Tanda (simbol)
            Simbol dalam lukisan ini adalah dalang cilik, menandakan bahwa dalang cilik merupakan penerus dalam upaya untuk melestarikan kebudayaan wayang kulit, walau dengan kepolosan jiwanya. Dalang cilik juga mempunyai makna lebih yaitu sebagai manifestasi kebudayaan wayang kulit yang dapat digunakan sebagai generasi pelestari. Dalang cilik digunakan sebagai perwakilan dari kita, anak kecil saja ada upaya untuk melestarikan kebudayaan wayang kulit, kita yang sudah dewasa ini mengapa kurangnya ada gerakan untuk melestarikan kebudayaan wayang kulit, secara tidak langsung ini merupakan sindiran bagi kita.
            Simbol yang lain adalah wayang kulit, telah diketahui bahwa wayang kulit merupakan kebudayaan dari jawa. Nilai-nilai luhur terkandung disetiap tokoh wayang kulit, dan cerita dalam wayang kulit misalnya, mahabharata maupun ramayana dapat dijadikan referensi dalam diri kita dalam implementasinya dalam pergaulan di masyarakat. Wayang kulit merupakan kebudayaan adiluhung dari jawa yang harus tetap lestari.

Unsur-unsur visual dan prinsip estetik
            Unsur visual dari lukisan ini yaitu garis, cahaya, tekstur, massa, ruang dan isi . Garis dalam lukisan ini terbentuk karena goresan kuas yang kuat, misalnya saja pada bayangan wayangnya ada unsur garisnya. Penggarapan yang realistik membutuhkan penerapan gelap terang yang tepat, dalam lukisan penggunaan cahaya / gelap terang sudah tampak. Dalam setiap benda yang tampak pasti mempunyai tekstur, dalam lukisan ini tekstur yang ada yaitu  tekstur dari goresan cat minyak yang mempunyai tekstur sedikit kasar. Massa atau berat dari lukisan ini kira-kira sekitar ¾ kilogram dengan spanram dari kayu sengon . Unsur ruang dalam lukisan bagus, dengan pengambilan sudut pandang yang estetik sehingga kedinamisan ruang ada pada lukisan ini. Isi dari lukisan ini yaitu tentang upaya untuk melestarikan kebudayaan wayang kulit dengan melibatkan generasi muda agar wayang kulit tetap lestari di generasi berikutnya. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam filosofi wayang kulit harus tetap terjaga dengan regenerasi pelestari yang kreatif.
 Prinsip estetik dalam lukisan ini misalnya tentang perbandingan, perbandingan antar objek sudah sesuai. Proporsi dalang ciliknya sudah tepat, visualisasinya sudah seperti dalang cilik, penggarapannya sesuai dengan anatomi anak. Adanya kesatuan / perpaduan dalam lukisan ini, terlihat adanya keterkaitan antar objek, misalnya dalang cilik yang sedang memainkan pagelaran wayang kulit, keterpaduan antara dalang cilik dengan wayang kulitnya, cara anak memainkan wayang dan unsur-unsur pendukung lainnya, misalnya adanya pelepah pisang untuk menancapkan wayang dan wayang-wayang lain yang ditancapkan di pelepah pisang yang belum dimainkan, ini menunjukkan adanya kesatuan dalam lukisan ini. Prinsip repetisi atau pengulangan dalam lukisan ini ada, yaitu pelukis memvisualisasikannya wayang kulit yang belum dipakai yang ditancapkan di pelepah pisang dengan mengulang-ulang dengan dominan warna hitam. Dalam lukisan ini terdapat adanya keseimbangan asimetris, adanya kesan seimbang walaupun bentuknya tidak simetris, pemanfaatan bidang yang baik yang dilakukan oleh pelukis. Kekuatan arah dalam lukisan ini tidak nampak, perspektif yang digunakan cukup sederhana namun estetik. Kontras dalam lukisan ini terlihat dari warna kuning yang digunakan oleh pelukis sehingga kesan elegan tetap muncul. Dominasi objek terlihat pada lukisan ini, visualisasi dalang cilik yang mendominasi lukisan sehingga adanya “point of interest”  dalam lukisan ini, yang melihat lukisan ini akan lebih fokus ke dalang cilik  dalam mengapresiasinya. Koodinasi antar objek, adanya dalang, wayang kulit, pelepah pisang dan layar untuk pagelaran wayang kulit menunjukkan adanya koordinasi dalam lukisan ini, yang kesemuanya itu saling berkaitan.
Kesan yang diperoleh
            Kesan yang diperoleh setelah melihat lukisan ini adalah tergugah semangatnya untuk bisa melestarikan kebudayaan yang kita miliki. Dalang cilik saja sudah bisa melakukan pagelaran wayang kulit, walau jiwanya masih polos namun tekad untuk melestarikan kebudayaan wayang kulit itu ada. Adanya keterikatan emosi dengan lingkungan kita, misal dengan melihat lukisan ini di daerah kita ada kebudayaan wayang khas daerah kita, kita akan tergugah untuk bisa mengembangkan dan melestarikannya.
Penilaian terhadap gagasan, teknik dan media
            Gagasan yang diangkat oleh pelukis, yaitu melestarikan kebudayaan wayang kulit, ini divisualisasikan dengan sosok dalang cilik yang sedang melakukan pagelaran wayang kulit. Pengangkatan tema yang up to date , sesuai dengan permasalahan yang terjadi di masyarakat bahwa kesenian wayang sudah mulai terabaikan oleh generasi muda, invasi kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan filosofi kehidupan masyarakat kita menambah tergerusnya kebudayaan lokal kita yaitu wayang kulit. Ini bisa menjadi refleksi bagi kita untuk lebih menjunjung kebudayaan kita dan melestarikannya ke generasi berikutnya agar tidak hilang ditelan zaman.
            Teknik yang digunakan dalam melukis yaitu realistik, penggarapan dengan memperhitungkan objek yang dilukis agar timbul kesan nyata, sesuai dengan aslinya. Teknik dalam penggarapan lukisan ini  dengan menggunakan kuas sehingga kesan rata dalam lukisan ini ada. Lukisan ini difinishing sehingga lukisan terlihat lebih bagus dan tahan terhadap jamur, kualitas warna cat minyak  akan tetap terjaga.
            Media yang digunakan yaitu kanvas sebagai tempat untuk memvisualisasikan objek yang dibuat yaitu dalang cilik yang sedang melakukan pagelaran. Media lukisnya adalah cat minyak, dengan kuas sebagai media untuk menorehkan cat ke kanvas.
Kesimpulan
Penggarapan lukisan ini sudah baik, dengan konsep yang baik. Dalam penggarapannya pelukis menguasai teknik realis. Unsur visual dalam lukisan ini sudah baik dengan pengolahan warna yang tepat, keterpaduan antar unsur dan prinsip-prinsip estetik diterapkan dengan baik dalam lukisan ini. Penyampaian maksud / tujuan kepada penikmat seni terlukis jelas dengan visualisasi realis yang tergarap dengan baik.
Saran
            Menurut saya lebih baik lagi penggarapan dalam lukisan ini lebih detail lagi, misalnya visualisasi ornamen dari wayang. Ekspresi wajah dari dalang ciliknya diperbarui misalnya ekspresi ceria, sehingga penikmat seni bisa menangkap kesan ceria dari dalang cilik dalam memainkan wayang kulit sehingga kesannya tidak kaku.