Judul
lukisan : Dalang Cilik
Pelukis : Imam Nofianto
Ukuran : 125cm X 85cm
Media : cat minyak di kanvas
Tahun
pembuatan : 2010
Analisis Lukisan Oleh:
Dandung Gumilar
Bentuk
(form)
Berdasarkan pengamatan yang saya
lakukan terhadap lukisan yang dibuat oleh Imam Nofianto, dapat saya uraikan
bahwa form atau bentuknya adalah dengan pendekatan realistik yaitu dengan
mempertimbangkan proporsi, perspektif, anatomi, gelap terang serta pemililihan
warna untuk menunjukkan kesan realistik. Lukisan ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas ujian Lukis 2 sehingga penggarapannya membutuhkan konsep yang
matang serta membutuhkan persiapan yang cermat. Karya lukisan ini tidak dibuat
dengan spontan ekspresif, membutuhkan waktu yang lumayan lama dalam penyelesaiannya
dan menggunakan pendekatan realistik dalam penggarapannya.
Karya lukisan menggunakan media
lukis yaitu cat minyak di kanvas, cat minyak mempunyai keplakatan
tersendiri dalam hasil karyanya sehingga
mempunyai nilai “ taste” yang lebih.
Cat minyak yang digunakan dalam lukisan ini yaitu menggunakan “cat minyak Marries”, dimana hasil dari penggunaan cat
ini tidak cerah dalam hasil karya lukisannya, mungkin disamping karena catnya mungkin juga campuran minyaknya
yang tidak bagus sehingga hasilnya boleh dikatakan kusam. Lukisan ini tidak
dibingkai, walaupun tidak dibingkai lukisan ini tetap mempunyai nilai estetik
apabila dipajang di dinding karena frame kanvasnya tebal.
Penggunaan warna pada lukisan ini,
dalang cilik menggunakan baju beskap
berwarna biru, pemilihan warna sudah tepat menjadi harmonis dengam aksen-aksen
warna kuning yang ada di lukisan tersebut. Warna wayang yang dimainkan oleh
dalang cilik dominan adalah warna kuning
sesuai dengan warna karakter wayang kulit pada umumnya serta menunjukkan
kontras pada lukisan ini. Warna coklat mendominasi pada warna blangkon dan
kulit. Layar dalam pagelaran wayang diberi warna putih kecoklatan dan wayang-wayang yang tidak dipakai diberi
warna dominan hitam karena kurang adanya cahaya. Dalam pagelaran wayang cahaya
/ lampu fokus kepada layarnya karena adegan wayang kulit terjadi disitu.
Background warna disebelah kiri dominan warna kuning kehitaman, menunjukkan
adanya nuansa warna dari yang terang ke gelap.
Dalam lukisan ini divisualisasikan
adanya dalang cilik yang sedang melakukan atraksi pagelaran wayang kulit,
kemahiran dalang cilik dalam memainkan wayang kulit terlukis dalam lukisan ini.
Tanda (simbol)
Simbol
dalam lukisan ini adalah dalang cilik, menandakan bahwa dalang cilik merupakan
penerus dalam upaya untuk melestarikan kebudayaan wayang kulit, walau dengan
kepolosan jiwanya. Dalang cilik juga mempunyai makna lebih yaitu sebagai
manifestasi kebudayaan wayang kulit yang dapat digunakan sebagai generasi
pelestari. Dalang cilik digunakan sebagai perwakilan dari kita, anak kecil saja
ada upaya untuk melestarikan kebudayaan wayang kulit, kita yang sudah dewasa
ini mengapa kurangnya ada gerakan untuk melestarikan kebudayaan wayang kulit,
secara tidak langsung ini merupakan sindiran bagi kita.
Simbol yang lain adalah wayang
kulit, telah diketahui bahwa wayang kulit merupakan kebudayaan dari jawa.
Nilai-nilai luhur terkandung disetiap tokoh wayang kulit, dan cerita dalam
wayang kulit misalnya, mahabharata maupun ramayana dapat dijadikan referensi
dalam diri kita dalam implementasinya dalam pergaulan di masyarakat. Wayang
kulit merupakan kebudayaan adiluhung dari jawa yang harus tetap lestari.
Unsur-unsur visual dan prinsip estetik
Unsur
visual dari lukisan ini yaitu garis, cahaya, tekstur, massa, ruang dan isi . Garis
dalam lukisan ini terbentuk karena goresan kuas yang kuat, misalnya saja pada
bayangan wayangnya ada unsur garisnya. Penggarapan yang realistik membutuhkan
penerapan gelap terang yang tepat, dalam lukisan penggunaan cahaya / gelap
terang sudah tampak. Dalam setiap benda yang tampak pasti mempunyai tekstur,
dalam lukisan ini tekstur yang ada yaitu
tekstur dari goresan cat minyak yang mempunyai tekstur sedikit kasar.
Massa atau berat dari lukisan ini kira-kira sekitar ¾ kilogram dengan spanram
dari kayu sengon . Unsur ruang dalam lukisan bagus, dengan pengambilan sudut
pandang yang estetik sehingga kedinamisan ruang ada pada lukisan ini. Isi dari
lukisan ini yaitu tentang upaya untuk melestarikan kebudayaan wayang kulit
dengan melibatkan generasi muda agar wayang kulit tetap lestari di generasi
berikutnya. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam filosofi wayang kulit harus
tetap terjaga dengan regenerasi pelestari yang kreatif.
Prinsip estetik dalam lukisan ini misalnya
tentang perbandingan, perbandingan antar objek sudah sesuai. Proporsi dalang
ciliknya sudah tepat, visualisasinya sudah seperti dalang cilik, penggarapannya
sesuai dengan anatomi anak. Adanya kesatuan / perpaduan dalam lukisan ini,
terlihat adanya keterkaitan antar objek, misalnya dalang cilik yang sedang
memainkan pagelaran wayang kulit, keterpaduan antara dalang cilik dengan wayang
kulitnya, cara anak memainkan wayang dan unsur-unsur pendukung lainnya,
misalnya adanya pelepah pisang untuk menancapkan wayang dan wayang-wayang lain
yang ditancapkan di pelepah pisang yang belum dimainkan, ini menunjukkan adanya
kesatuan dalam lukisan ini. Prinsip repetisi atau pengulangan dalam lukisan ini
ada, yaitu pelukis memvisualisasikannya wayang kulit yang belum dipakai yang
ditancapkan di pelepah pisang dengan mengulang-ulang dengan dominan warna
hitam. Dalam lukisan ini terdapat adanya keseimbangan asimetris, adanya kesan
seimbang walaupun bentuknya tidak simetris, pemanfaatan bidang yang baik yang
dilakukan oleh pelukis. Kekuatan arah dalam lukisan ini tidak nampak,
perspektif yang digunakan cukup sederhana namun estetik. Kontras dalam lukisan
ini terlihat dari warna kuning yang digunakan oleh pelukis sehingga kesan
elegan tetap muncul. Dominasi objek terlihat pada lukisan ini, visualisasi
dalang cilik yang mendominasi lukisan sehingga adanya “point of interest” dalam
lukisan ini, yang melihat lukisan ini akan lebih fokus ke dalang cilik dalam mengapresiasinya. Koodinasi antar
objek, adanya dalang, wayang kulit, pelepah pisang dan layar untuk pagelaran
wayang kulit menunjukkan adanya koordinasi dalam lukisan ini, yang kesemuanya
itu saling berkaitan.
Kesan yang diperoleh
Kesan
yang diperoleh setelah melihat lukisan ini adalah tergugah semangatnya untuk
bisa melestarikan kebudayaan yang kita miliki. Dalang cilik saja sudah bisa
melakukan pagelaran wayang kulit, walau jiwanya masih polos namun tekad untuk
melestarikan kebudayaan wayang kulit itu ada. Adanya keterikatan emosi dengan
lingkungan kita, misal dengan melihat lukisan ini di daerah kita ada kebudayaan
wayang khas daerah kita, kita akan tergugah untuk bisa mengembangkan dan
melestarikannya.
Penilaian terhadap gagasan, teknik dan
media
Gagasan yang diangkat oleh pelukis,
yaitu melestarikan kebudayaan wayang kulit, ini divisualisasikan dengan sosok
dalang cilik yang sedang melakukan pagelaran wayang kulit. Pengangkatan tema
yang up to date , sesuai dengan
permasalahan yang terjadi di masyarakat bahwa kesenian wayang sudah mulai
terabaikan oleh generasi muda, invasi kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan
filosofi kehidupan masyarakat kita menambah tergerusnya kebudayaan lokal kita
yaitu wayang kulit. Ini bisa menjadi refleksi bagi kita untuk lebih menjunjung
kebudayaan kita dan melestarikannya ke generasi berikutnya agar tidak hilang
ditelan zaman.
Teknik yang digunakan dalam melukis
yaitu realistik, penggarapan dengan memperhitungkan objek yang dilukis agar
timbul kesan nyata, sesuai dengan aslinya. Teknik dalam penggarapan lukisan ini
dengan menggunakan kuas sehingga kesan
rata dalam lukisan ini ada. Lukisan ini difinishing sehingga lukisan terlihat
lebih bagus dan tahan terhadap jamur, kualitas warna cat minyak akan tetap terjaga.
Media yang digunakan yaitu kanvas
sebagai tempat untuk memvisualisasikan objek yang dibuat yaitu dalang cilik
yang sedang melakukan pagelaran. Media lukisnya adalah cat minyak, dengan kuas
sebagai media untuk menorehkan cat ke kanvas.
Kesimpulan
Penggarapan
lukisan ini sudah baik, dengan konsep yang baik. Dalam penggarapannya pelukis
menguasai teknik realis. Unsur visual dalam lukisan ini sudah baik dengan
pengolahan warna yang tepat, keterpaduan antar unsur dan prinsip-prinsip
estetik diterapkan dengan baik dalam lukisan ini. Penyampaian maksud / tujuan
kepada penikmat seni terlukis jelas dengan visualisasi realis yang tergarap
dengan baik.
Saran
Menurut
saya lebih baik lagi penggarapan dalam lukisan ini lebih detail lagi, misalnya
visualisasi ornamen dari wayang. Ekspresi wajah dari dalang ciliknya diperbarui
misalnya ekspresi ceria, sehingga penikmat seni bisa menangkap kesan ceria dari
dalang cilik dalam memainkan wayang kulit sehingga kesannya tidak kaku.